Bupati Sintang 'Curhat' Soal PDAM
WARTABORNEO.COM - Bupati Sintang Jarot Winarno, dihadapan Direktur Eksekutif PP Perpamsi Ashari Mardiono mengungkapkan berbagai permasalahan yang dihadapi PDAM, sebagai satu-satunya Perusahaan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Menurut Jarot, permasalahan yang dihadapi oleh setiap PDAM tidak jauh berbeda, yakni ketersediaan air baku dan non revenue water, selain permasalahan klasik lainnya.
'Curhat' tersebut diungkapkan Jarot saat menghadiri penandatanganan Letter of Intent (LoI), Program Kemitraaan Soldaritas Perpamsi antara PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak dengan PDAM Tirta Senentang (Sintang), PDAM Tirta Pancur Aji (Sanggau) dan PDAM Sirin Meragun (Sekadau), yang berlangsung di gedung PDAM Tirta Senentang, Kamis (15/8/2019).
"Ketersediaan air baku merupakan problem yang sama dihadapi oleh PDAM. Mulai airnya yang payau, apalagi dengan kondisi kemarau seperti saat ini, ditambah dengan aktifitas penambangan emas yang menyebabkan kualitas air berubah. Hal lainnya non-revenue water yakni permasalaha sambungan yang bocor atau dibocorkan dan sebagainya," ungkapnya.
Di Tirta Senentang sendiri, kata Jarot tingkat kebocoran masih tinggi yang mencapai 32,15% dengan batas toleransi yakni dibawah 20%. Hal lainnya adalah masalah keuangan.Masalah ini yang menurut Bupati Sintang sangat mendapatkan sorotan khususnya dari pihak legislatif.
"Kita kalau rapat dengan pihak Dewan terkait penyertaan modal akan langsung direspon Dewan yang menilai belum ada hasil dari BUMD ini. Mungkin selama ini ada kesalahan dalam aspek manajemen keuangannya," ungkapnya lagi.
Jarot juga mengungkapkan kaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan dari PDAM yang dirasakan masih sangat kurang yang diistilahkan seperti Roller Coaster.
"Masalah 'trust' adalah masalah umum yang dihadapai oleh PDAM. Pelayanannya masih naik turun seperti Roller Coaster. Akibatnya masyakat pelanggan menjadi jera bahkan memutuskan diri sebagai pelanggan, bahkan segala upaya perbaikan yang dilakukan juga belum mampu memupus ketidak percayaan masyarakat," kata Jarot.
Bahkan untuk jumlah pelanggan, Jarot mengakui jika sampai saat ini belum mencapai 10 ribu seperti yang diharapkan.
"Saya pernah tantang PDAM Tirta Senentang 3 tahun lalu agar dapat mencapai target 10 ribu pelanggan dan itu belum tercapai hingga saat ini. Sekarang saja hanya 7.100 pelanggan. Nah ini masalah trust," katanya
Dirinya juga mengingatkan komitmen global yakni penyediaan save water and sanitasion yang tergetnya tahun 2030 sudah tercapai. Di Indonesia ada 3 yang gagal dicapai, salah satunya adalah Coverage of Save Water karena terlalu sedikit persentasenya. Jadi diharapkan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan ini, apa yang tadinya belum tercapai bisa berhasil. Prinsip dari tujuan pembangunan berkelanjutan bahwa "we cannot stand alone" yang artinya tanpa kerjasama kita tak bisa menyediakan air bersih untuk masyarakat.
"Tak bisa kita sendiri bekerja menyiapkan kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Kita harus dapat bekerjasama, punya jejaringan atau networking. Kegiatan yang dilakukan saat ini adalah tepat, dimana Perpamsi sebagai fasilitator, Tirta Khatulistiwa sebagai mentor dan residence nya adalah PDAM Sintang, Sanggau, Sekadau dan Melawi," kata Jarot.
Sementara itu, sebelumnya Direktur Eksekutif PP Perpamsi Ashari Mardiono memberikan apresiasi atas kehadiran dari Bupati Sintang Jarot Winarno dalam penandatanganan Letter of Intent (LoI), Program Kemitraaan Soldaritas Perpamsi yang mana kehadirian Bupati Sintang dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi semua PDAM.
"PDAM sebagai penyelenggara SPAM tentu saja membutuhkan perhatian sekaligus pengarahanan dari Kepala Daerah. Hari ini kita baru memulai Letter of Intent. Penandatanganan ini bisasnya dilakukan sendiri, tapi kali ini kami berharap Bupati Sintang dapat memberikan arahan bagi PDAM agar dapat jadi motivasi bagi peningkatan kapasitas pelayanan," ujar Direktur Eksekutif PP Perpamsi Ashari Mardiono.
Tambahnya, usai LoI dilakukan, selanjutnya akan di isi dengan kegiatan survey diagnostic yang tujuannya untuk melihat problem dan kenyataan yang dihadapi tiap-tiap PDAM agar dapat dikerjasamakan dan dibimbing oleh mentor dari Tirta Khatulistiwa.
"Untuk itu perlu adanya keterbukaan dari semua pihak yang berkaitan dengan opsi yang dikerjasamakan yakni pengendalian tingkat kehilangan air, implementasi laporan keuangan dan SDM," pungkasnya.
'Curhat' tersebut diungkapkan Jarot saat menghadiri penandatanganan Letter of Intent (LoI), Program Kemitraaan Soldaritas Perpamsi antara PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak dengan PDAM Tirta Senentang (Sintang), PDAM Tirta Pancur Aji (Sanggau) dan PDAM Sirin Meragun (Sekadau), yang berlangsung di gedung PDAM Tirta Senentang, Kamis (15/8/2019).
"Ketersediaan air baku merupakan problem yang sama dihadapi oleh PDAM. Mulai airnya yang payau, apalagi dengan kondisi kemarau seperti saat ini, ditambah dengan aktifitas penambangan emas yang menyebabkan kualitas air berubah. Hal lainnya non-revenue water yakni permasalaha sambungan yang bocor atau dibocorkan dan sebagainya," ungkapnya.
Di Tirta Senentang sendiri, kata Jarot tingkat kebocoran masih tinggi yang mencapai 32,15% dengan batas toleransi yakni dibawah 20%. Hal lainnya adalah masalah keuangan.Masalah ini yang menurut Bupati Sintang sangat mendapatkan sorotan khususnya dari pihak legislatif.
"Kita kalau rapat dengan pihak Dewan terkait penyertaan modal akan langsung direspon Dewan yang menilai belum ada hasil dari BUMD ini. Mungkin selama ini ada kesalahan dalam aspek manajemen keuangannya," ungkapnya lagi.
Jarot juga mengungkapkan kaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan dari PDAM yang dirasakan masih sangat kurang yang diistilahkan seperti Roller Coaster.
"Masalah 'trust' adalah masalah umum yang dihadapai oleh PDAM. Pelayanannya masih naik turun seperti Roller Coaster. Akibatnya masyakat pelanggan menjadi jera bahkan memutuskan diri sebagai pelanggan, bahkan segala upaya perbaikan yang dilakukan juga belum mampu memupus ketidak percayaan masyarakat," kata Jarot.
Bahkan untuk jumlah pelanggan, Jarot mengakui jika sampai saat ini belum mencapai 10 ribu seperti yang diharapkan.
"Saya pernah tantang PDAM Tirta Senentang 3 tahun lalu agar dapat mencapai target 10 ribu pelanggan dan itu belum tercapai hingga saat ini. Sekarang saja hanya 7.100 pelanggan. Nah ini masalah trust," katanya
Dirinya juga mengingatkan komitmen global yakni penyediaan save water and sanitasion yang tergetnya tahun 2030 sudah tercapai. Di Indonesia ada 3 yang gagal dicapai, salah satunya adalah Coverage of Save Water karena terlalu sedikit persentasenya. Jadi diharapkan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan ini, apa yang tadinya belum tercapai bisa berhasil. Prinsip dari tujuan pembangunan berkelanjutan bahwa "we cannot stand alone" yang artinya tanpa kerjasama kita tak bisa menyediakan air bersih untuk masyarakat.
"Tak bisa kita sendiri bekerja menyiapkan kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Kita harus dapat bekerjasama, punya jejaringan atau networking. Kegiatan yang dilakukan saat ini adalah tepat, dimana Perpamsi sebagai fasilitator, Tirta Khatulistiwa sebagai mentor dan residence nya adalah PDAM Sintang, Sanggau, Sekadau dan Melawi," kata Jarot.
Sementara itu, sebelumnya Direktur Eksekutif PP Perpamsi Ashari Mardiono memberikan apresiasi atas kehadiran dari Bupati Sintang Jarot Winarno dalam penandatanganan Letter of Intent (LoI), Program Kemitraaan Soldaritas Perpamsi yang mana kehadirian Bupati Sintang dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi semua PDAM.
"PDAM sebagai penyelenggara SPAM tentu saja membutuhkan perhatian sekaligus pengarahanan dari Kepala Daerah. Hari ini kita baru memulai Letter of Intent. Penandatanganan ini bisasnya dilakukan sendiri, tapi kali ini kami berharap Bupati Sintang dapat memberikan arahan bagi PDAM agar dapat jadi motivasi bagi peningkatan kapasitas pelayanan," ujar Direktur Eksekutif PP Perpamsi Ashari Mardiono.
Tambahnya, usai LoI dilakukan, selanjutnya akan di isi dengan kegiatan survey diagnostic yang tujuannya untuk melihat problem dan kenyataan yang dihadapi tiap-tiap PDAM agar dapat dikerjasamakan dan dibimbing oleh mentor dari Tirta Khatulistiwa.
"Untuk itu perlu adanya keterbukaan dari semua pihak yang berkaitan dengan opsi yang dikerjasamakan yakni pengendalian tingkat kehilangan air, implementasi laporan keuangan dan SDM," pungkasnya.