Sekda Sintang Buka Seminar International dan Festival Tenun Ikat
www.wartaborneo.com - SINTANG : "Dari sisi tradisi lisan, tenun Ikat Sintang ditransfer secara turun menurun dengan menggunakan bahasa tutur dari nenek moyang ke anak cucu generasi penerusnya. Bila dilihat dari adat istiadat, tenun ikat Sintang rangkaian adat istiadat yang mempunyai aturan - aturan tertentu yang dipercayai oleh semua penenun untuk tidak dilanggar sesuai dengan pakem-pakemnya," jelas Sekretaris Daerah Kabupaten Sintang, Yosepha Hasnah saat membuka kegiatan Festival Tenun Ikat dan Seminar Internasional yang digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sintang, Rabu (23/10/2019) yang berlangsung di Museum Kapuas Raya.
Tenun ikat Sintang merupakan salah satu objek pokok pemajuan kebudayaan, yang mengakomodir 7 jenis OPK dari 10 jenis OPK yang ada dan dapat di jelaskan. Ke tujuh OPK tersebut adalah tradisi lisan, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni dan bahasa yang menjadi satu kesatuan.
Dari ritus dalam proses pembuatan tenun ikat, para penenun melaksanakan ritual-ritual pada saat persiapan, pelaksanaan dan setelah selesai menenun. Sedangkan berbicara pengetahuan tradisional, pada penenun memiliki ilmu pengetahuan tradisional yang tidak pernah tercatat di dalam buku dan tersimpan kuat dalam ingatan mereka masing-masing dari nenek moyang hingga generasi penerus.
"Para penenun Sintang masih tetap menggunakan alat - alat sederhana dan hand made yang masih terpelihara hingga saat ini, ujar Yosepha. “Sedangkan dari sisi seni, melalui tenun ikat tercipta karya, karsa dan cipta yang luar biasa berupa motif - motif tenun yang penuh dengan makna dan cerita yang berisi tentang petuah-petuah bijak dari para leluhur kepada para generasi muda," lanjutnya menjelaskan.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten SintangLindra Azmar menjelaskan bahwa kegiatan festival dan seminar bertujuan untuk pelestarian budaya dan pengembangan tenun ikat, sekaligus pemajuan objek pokok kebudayaan yang ada di Kabupaten Sintang.
“Dalam festival ini, juga diselenggarakan berbagai jenis perlombaan, mulai dari lomba Puak Kumbu, pewarna alam, lomba Puak Kumbu pewarnaan kimia, Fashion show anak, dan desain kosut bagi penenun” terang Lindra Azmar. “Festival Tenun Ikat ini diikuti oleh peserta dari desa dan kecamatan yang selama ini memang menjadi sentra pengerajin tenun ikat seperti Kelam Permai dan Dedai. Sedangkan unsur juri lomba kami siapkan dari Belanda, Sabah Malaysia dan Pontianak. Tidak ada dari Sintang untuk menjamin penilaian lomba ini sangat objektif,” ungkapnya. (mr)