Komentar Dewan Sintang Tentang Bukit Batu Monolid Terbesar di Dunia
WARTABORNEO.COM - Dunia mengenal betul akan bukit Ayers Hill Australia dan UNESCO menobatkannya sebagai warisan dunia, sebagai Batu Mololid terbesar di dunia, padahal faktanya bukit batu itu jauh di bawah Bukit Kelam, bukit batu yang ada di kota Sintang.
Sebagai perbandingan, Ayers Hill hanya memiliki ketinggian sekitar 863 Mpdl, coba bandingkan dengan Bukit Kelam yang memiliki ketinggian 1.002 Mpdl, jauh beda kan?
Lalu mengapakah Bukit Kelam kalah pamor bahkan jauh tertinggal dibanding Ayers Hill Australia? Sangat disayangkan sekali potensi alam yang luar biasa ini sepertinya belum dikelola dengan maksimal sehingga belum menjadi objek wisata dunia. Padahal jika bukit batu monolid terbesar di dunia ini bisa diekspos keluar bisa saja menaikan potensi pendapatan daerah dan masyarakat setempat tentunya.
Dari hasil pantauan kami pada hari Jumat (23/3/19) yang sengaja melihat kondisi kawasan wisata itu secara langsung, memang terlihat nyata bahwa infrastruktur penunjang dikawasan tersebut sangat kurang terawat, bahkan banyak yang rusak dan terkesan kumuh.
Menurut informasi dari para pedagang makanan dan minuman yang ada di sana, Bukit Kelam ramai pengunjung pada saat hari libur dan hari besar saja.
"Ya paling hanya pada hari Minggu dan hari libur nasional seperti lebaran, natal dan tahun baru saja yang pasti ramai. Hari-hari biasa ya seperti inilah. Penjaga loket hanya ada pada hari Sabtu dan minggu saja," terangnya.
"Kios-kios yang dibangun saja dari dulu tak ada yang mengisinya. Mubazir rasanya bangunan tersebut," ujarnya lagi.
Untuk itu awak media kami menemui Anggota Komisi B DPRD Sintang dari Fraksi PDI Perjuangan, Welbertus disela acara Syukuran 2 Tahun Tahbisan Uskup Sintang di Balai Kenyalang, Jumat (23/3/19). Welbertus juga menyayangkan terbengkalainya bangunan kios-kios yang ada di komplek Taman Wisata Alam Bukit Kelam tersebut.
"Memang sejak selesai dibangun hingga saat ini bangunan tersebut tidak ada sama sekali yang berminat untuk mengisinya. Padahal anggaran untuk membangunnya bukan sedikit. Sangat disayangkan sekali, akhirnya bangunan kios terbengkalai seperti itu," kata Welbertus.
Menurutnya perlu tata kelola dan pengawasan yang profesional baru bisa mendongkrak taman wisata alam ini.
"Ya...kalau dilakukan dengan manajemen yang profesional saya rasa kawasan tersebut akan menjadi primadona tidak saja oleh masyarakat lokal namun juga domestik bahkan mancanegara," tambahnya.
Untuk itu jika ada pihak kedua yang ditunjuk sebagai user untuk mengelola kawasan wisata alam ini bukan tidak mungkin akan lebih menarik lagi taman wisata Bukit Kelam ini. Berhubung secara ‘alam’ Bukit Kelam adalah ‘hadiah Tuhan’ yang indah dan bahkan merupakan bukit batu monolid terbesar di dunia.
Secara potensi Bukit Kelam memiliki potensi tinggal pengelolaan saja yang dimaksimalkan. Jika semua tertata dengan baik dan profesional, ini bisa menjadi sumber PAD bagi daerah dari sektor pariwisata.
"Sebagai mitra kerja Dinas Pariwisata, nanti kita akan memberikan masukkan terkait langkah-langkah agar kawasan tersebut dapat lebih maksimal dikelola," pungkasnya. (*)
Sebagai perbandingan, Ayers Hill hanya memiliki ketinggian sekitar 863 Mpdl, coba bandingkan dengan Bukit Kelam yang memiliki ketinggian 1.002 Mpdl, jauh beda kan?
Lalu mengapakah Bukit Kelam kalah pamor bahkan jauh tertinggal dibanding Ayers Hill Australia? Sangat disayangkan sekali potensi alam yang luar biasa ini sepertinya belum dikelola dengan maksimal sehingga belum menjadi objek wisata dunia. Padahal jika bukit batu monolid terbesar di dunia ini bisa diekspos keluar bisa saja menaikan potensi pendapatan daerah dan masyarakat setempat tentunya.
Dari hasil pantauan kami pada hari Jumat (23/3/19) yang sengaja melihat kondisi kawasan wisata itu secara langsung, memang terlihat nyata bahwa infrastruktur penunjang dikawasan tersebut sangat kurang terawat, bahkan banyak yang rusak dan terkesan kumuh.
Menurut informasi dari para pedagang makanan dan minuman yang ada di sana, Bukit Kelam ramai pengunjung pada saat hari libur dan hari besar saja.
"Ya paling hanya pada hari Minggu dan hari libur nasional seperti lebaran, natal dan tahun baru saja yang pasti ramai. Hari-hari biasa ya seperti inilah. Penjaga loket hanya ada pada hari Sabtu dan minggu saja," terangnya.
"Kios-kios yang dibangun saja dari dulu tak ada yang mengisinya. Mubazir rasanya bangunan tersebut," ujarnya lagi.
Untuk itu awak media kami menemui Anggota Komisi B DPRD Sintang dari Fraksi PDI Perjuangan, Welbertus disela acara Syukuran 2 Tahun Tahbisan Uskup Sintang di Balai Kenyalang, Jumat (23/3/19). Welbertus juga menyayangkan terbengkalainya bangunan kios-kios yang ada di komplek Taman Wisata Alam Bukit Kelam tersebut.
"Memang sejak selesai dibangun hingga saat ini bangunan tersebut tidak ada sama sekali yang berminat untuk mengisinya. Padahal anggaran untuk membangunnya bukan sedikit. Sangat disayangkan sekali, akhirnya bangunan kios terbengkalai seperti itu," kata Welbertus.
Menurutnya perlu tata kelola dan pengawasan yang profesional baru bisa mendongkrak taman wisata alam ini.
"Ya...kalau dilakukan dengan manajemen yang profesional saya rasa kawasan tersebut akan menjadi primadona tidak saja oleh masyarakat lokal namun juga domestik bahkan mancanegara," tambahnya.
Untuk itu jika ada pihak kedua yang ditunjuk sebagai user untuk mengelola kawasan wisata alam ini bukan tidak mungkin akan lebih menarik lagi taman wisata Bukit Kelam ini. Berhubung secara ‘alam’ Bukit Kelam adalah ‘hadiah Tuhan’ yang indah dan bahkan merupakan bukit batu monolid terbesar di dunia.
Secara potensi Bukit Kelam memiliki potensi tinggal pengelolaan saja yang dimaksimalkan. Jika semua tertata dengan baik dan profesional, ini bisa menjadi sumber PAD bagi daerah dari sektor pariwisata.
"Sebagai mitra kerja Dinas Pariwisata, nanti kita akan memberikan masukkan terkait langkah-langkah agar kawasan tersebut dapat lebih maksimal dikelola," pungkasnya. (*)