Menakar Peluang Milenial Dalam Kontestasi "PILKATAK" 2020

WARTASINTANG.COM - Pilkada Serentak (Pilkatak) akan diselenggarakan kembali pada tahun 2020 mendatang. Ada 270 daerah yang akan mengikuti Pilkada Serentak ini. Tahun 2020 Pilkada akan diikuti 270 daerah, Pilkada serentak 2020 merupakan Pilkada serentak  keempat yang akan dilakukan.

Dari 270 daerah yang akan melaksanakan "Pilkatak 2020"  rinciannya adalah 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. "Pilkatak" 2020 seharusnya diikuti 269 daerah, namun menjadi 270 karena Pemilihan walikota Kota Makasar 2018 diulang pelaksanaannya karena saat itu berhasil dimenangkan oleh kotak kosong tanpa kampanye.

Di zaman now seperti sekarang pemimpin lahir secara alamiah dari rahim demokrasi. Siapapun yang dikehendaki rakyat bisa saja menjadi pemenang dalam kontestasi "Pilkatak" ini. Petahana yang  bekerja dengan baik sebagai pemimpin berpeluang untuk dipilih kembali di daerah tersebut, begitu juga sebaliknya. Karakter daripada "Pilkatak" saat ini memberikan keleluasaan kepada setiap generasi untuk bersaing memperebutkan suara pemilih.

Peluang Milenial dalam kontestasi Pilkatak, Siapa itu Generasi Melenial ? generasi milenial menjadi topik yang cukup hangat dibicarakan dalam masyarakat, mulai dari segi pendidikan, teknologi maupun moral dan budaya. Tapi sebenarnya, siapakah generasi milenial itu apa masyarakat benar-benar mengerti akan sebutan milenial itu?

Ada banyak refrensi Ahli mengenai Generasi milenial. Generasi ini kadang juga disebut dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980- 2000an. Maka ini berarti milenial adalah generasi muda yang berumur 17- 37 pada tahun ini. milenial sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi.

Generasi mileial memiliki ciri khas tersendiri yaitu, mereka lahir pada saat TV sudah berwarna, handphone dengan internet sudah diperkenalkan. Sehingga generasi ini sangat mahir dalam teknologi dan data. Indonesia sendiri dari jumlah sekitar 255 juta penduduk, terdapat sekitar 81 juta merupakan generasi milenial atau berusia 17- 37 tahun. Hal ini berarti calon kepala daerah dari generasi milenial sangat berpeluang untuk meraih suara mumpuni dari pemilih milenial.

Para pemimpin daerah saat ini di dominasi oleh Generasi X dan Baby Boomer (Generasi jaman Old). Namun selama "Pilkatak" sebelumnya, secara perlahan muncul generasi Millenial sebagai pemimpin daerah. Meskipun masih muda dan masih hijau dalam politik, ternyata mereka dipercaya oleh masyarakat daerahnya. Mereka mengalahkan pesaing yang notebene berasal dari generasi X dan generasi Baby Boomer.

Sebut saja beberapa kepala daerah milenial saat ini Abdul Gafur Mas'ud Bupati Kabupaten Penajam Paser Utara yang terbilang masih muda baru berusia 32 Tahun, dr Karolin Margret Natasa ( 37 tahun)  yang mana pada saat terpilih menjadi bupati landak tahun 2017 berusia 35 tahun, ada juga  wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak menjadi Wakil Gubernur Jatim Termuda saat dilantik berusia 35 tahun. Dan dari negara tetangga Malaysia ada menteri Wanita bernama Yeo Bee Yin, berusia 35 tahun  Syed Saddiq berusia 25 Tahun. Dan masih banyak pemimpin Milenial lainnya.

Pemimpin dapat muncul secara alami dan mungkin juga tercipta dari kekuatan-kekuatan petahana. Di era generasi millenial di Indonesia terbentuknya pemimpin dapatlahir dari pola-pola tersebut. Ada pemimpin yang secara alami bisa memimpin, ada juga yang diciptakan karena memiliki dinasti politik yang kuat.

Menurut Founder and CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali menyatakan bahwa pemilih milenial berjumlah sekitar 40 hingga 45 persen dari suara nasional. Para pemilih milenial, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi suara politiknya secara signifikan untuk menentukan nasib Indonesia ke arah lebih baik.

Kepala-kepala daerah milenial hasil "Pilkatak"yang telah terpilih, mengindikasikan bahwa secara kwalitas kepemimpinan dan kemampuan mereka tidak kalah dengan generasi sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa prosesi estafet dalam bingkai regenerasi kepemimpinan di Indonesia sedang berjalan. Millenial dapat didapuk untuk mejadi  pemimpin Indonesia menuju era Kejayaan di masa depan.

Pemimpin yang berjiwa muda diyakani akan mampu mengikuti irama dan perkembangan jaman yang serba digital saat ini, mampu mengambil keputusan dengan cepat mampu menjangkau masyrakat dengan lebih luas dengan memanfaatkan akses-akses media-media sosial dan teknlogi-teknologi internet saat ini. Kemampuan multitaksing juga menjadi kelebihan utama dari generi milenial untuk menjadi pemimpin yang handal.

sebagaian besar publik juga berkeinginan para pemimpin muda dapat mengedepankan kepentingan yang lebih luas tanpa ada sekat-sekat poltik dan golongannya.  Kelemahan calon kepala daerah usia muda ada pada kebutuhan akan modal politik dan logistik. Modal politik yang mencakup antara lain popularitas, pengalaman organisasi, dan jaringan kekerabatan dengan petahana/politisi dan partai politik.

Peluang Generasi milenial untuk terjun dan memenangi Pilkatak 2020 sangat besar, dari segi jumlah pemilih milenial yang dominan, framing calon melalui media-media digital dan cara berfikir yang lugas diiukuti pengalaman berorganisasi menjadi modal kuat dalam membangun keterampilan dalm politik dan proses pembentukan karakter pemimpin.

Harapan telah disematkan kepada Generasi Millenial agar mampu memenuhi ekspektasi publik dalam mengemban amanah sebagai kepala daerah dan membawa perubahan yang lebih baik untuk kesejahteraan masyarakat. Apalagi dengan sudah banyaknya contoh dari generasi-generasi milenial yang berhasil untuk menjadi pemimpin di daerah masing-masing dalam rangkaian "Pilkatak" yang lalu. Mari kita tunggu kiprah generasi millenial lainnya khusunya di Provinsi Kalbar pada "Pilkatak" 2020 sebagai estafet kepemimpinan selanjutnya.(Mr)

Penulis adalah Wakil Ketua Bidang Informasi dan komunikasi ICDN Kab. Sintang

Sumber : dirangkum dari berbagai sumber

Subscribe to receive free email updates: